Kembangkan Inovasi, PTPN XI Optimalkan Bioteknologi
Post at Wednesday, 27 January 2016
SURABAYA (27/01/2016) PT Perkebunan Nusantara atau PTPN XI yang merupakan perusahaan gula terbesar di Tanah Air berkomitmen mengoptimalkan sejumlah terobosan varietas tebu unggul berbasis pengembangan bioteknologi pertanian. Direktur PTPN XI M. Cholidi mengatakan, pengembangan bioteknologi di bidang budi daya tebu (on farm) adalah solusi terhadap pencapaian swasembada gula, hingga terwujudnya ketahanan pangan hingga energi.
"Ketergantungan Indonesia pada rekayasa genetika impor adalah satu keprihatinan, sehingga komitmen PTPN XI adalah mengambil peran di depan dalam pengembangan inovasi bioteknologi dalam budi daya tebu, hingga nantinya tercapai swasembada gula, yang adalah bagian dari ujud nyata Program Ketahanan Pangan Nasional dalam Nawa Cita," demikian penegasan direktur PTPN XI M Cholidi, dalam acara "Sosialisasi Bioteknologi Pertanian untuk Jurnalis" di Surabaya, Rabu (27/1/2015).
Adapun pengembangan bioteknologi yang merupakan rekayasa genetika, di PTPN XI telah menghasilkan satu varietas tebu unggul, yaitu varietas toleran kekeringan. Varietas ini telah mulai uji coba pada ribuan lahan HGU milik PTPN XI di sejumlah daerah diantaranya di Situbondo dan Banyuwangi. "Varietas ini telah diteliti cukup lama, dan akan terus dikembangkan oleh tim peneliti PTPN XI dan perguruan tinggi, sekaligus telah mendapatkan dukungan positif dari banyak pihak termasuk dari lembaga keamanan pangan," papar M Cholidi.
Mengutip data yang ada, penelitian pengembangan bibit tebu dengan bioteknologi ini mulai dilakukan PTPN XI bersama peneliti dari dua kampus besar antara lain Universitas Negeri Jember (Unej) dan Universitas Gajah Mada (UGM) sejak April 2009 lalu. Saat itu juga telah dilakukan pengajuan kajian keamanan lingkungan. Pada Januari 2010, pengajuan keamanan pangan ke BPOM.
Pada Agustus 2011, varietas terseut telah memperoleh sertifikat Keamanan Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pertanian. Pada Oktober 2012 mendapat sertifikat Keamanan Pangan dari BPOM. “Kita harapkan bibit ini bisa diaplikasikan secara komersil,” jelas Nurmalasari Ketua Urusan Penelitian PTPN XI.
Menurut Nurmalasari Darsono, perijinan bibit tebu dengan bioteknologi itu terus dilengkapi. Dan sekarang masih menunggu turunnya satu izin lagi yakni ketahanan pakan yang masih dalam proses di Kementerian Pertanian. Sedangkan dua izin lainnya yakni Ketahanan Lingkungan dari Kementerian Lingkungan dan Ketahanan Pangan dari BPPOM sudah dikantongi PTPN XI.
Dijelaskan, izin ketahanan pakan ini penting, karena daun tebu dan limbah dari varietas unggulan ini harapannnya bisa pula dimanfaatkan untuk pakan ternak milik petani, sehingga dengan adanya terobosan bioteknologi ini, petani bisa pula meningkatkan pula pendapatan dari peternakan.
Dirincikan, dengan varietas ini, petani pun dinyatakan akan bisa mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp 11,5 juta per hektar di luar penghasilannya sebesar Rp 54 juta per hektar dari pertanian konvensional. “Jadi penghasilkannya bisa mendapat Rp 65,5 juta jika menggunakan bibit bioteknologi ini. Hasil ini kami dapat ketika kami lakukan penelitian dengan harga gula Rp 9 ribu per kilogram,” jelas Nurmalasari. (Yns / Sumber : disini)
(Berita serupa dapat ditemukan disini)