Dampak Kemarau Basah Mulai Terasa

Post at Thursday, 23 June 2016

SURABAYA(23/06/2016) Giling tahun 2016 diwarnai curah hujan yang relatif tinggi, sebagaimana diprediksikan sebelumnya bahwa tahun ini terjadi fenomena musim kemarau basah. Artinya hujan akan terus turun meski telah memasuki musim kemarau.

" Dampak hujan yang berlebih pada saat jelang panen yaitu penurunan potensi rendemen dan proses tebang muat angkut hasil panen akan terganggu " ungkap Junaidi General Manager  PG Redjosarie di sela-sela kunjungan kerja Dewan Komisaris Rabu (22/06) kemarin. Hujan akan membuat tebu yang mulai masak menjadi memasuki fase pertumbuhan sehingga menyebabkan rendemen berpotensi turun dengan timbulnya peranakan tebu baru. Sedangkan kondisi kebun yang basah cenderung berlumpur menyulitkan proses pengangkutan tebu hasil panen ke pabrik gula karena truk pengangkut tidak bisa memasuki kebun yang berlumpur dan tergenang air hujan.

Belum lagi pola tebang yang menjadi tidak sesuai dengan rencana. Tebang yang telah direncanakan disesuaikan dengan tingkat kemasakan tebu yang akan ditebang. "Bila kebun tebu yang direncanakan ditebang tidak bisa ditebang karena kondisi kebun becek maka penebang akan menebang tebu yang kebunnya bisa dimasuki truk", terang Junaidi. Selain mempengaruhi pasokan bahan baku tebu untuk pabrik, hal ini akan berdampak pada capaian rendemen & gula produk serta ampas yang dihasilkan sedikit jelasnya lebih lanjut.

Sebagai informasi Ada 5 (lima) pabrik gula milik PTPN XI di wilayah barat (Madiun, Ngawi dan Magetan) yakni, Pabrik Gula Pagottan, Kanigoro, Redjosarie, Poerwodadie dan Sudhono. Dari lima PG tersebut kini hanya PG Kanigoro yang belum melakukan aktivitas giling. Pabrik gula ini direncanakan akan memulai giling setelah lebaran nanti. (jo)