PTPN XI Lakukan Intensifikasi Tanaman Tebu
Post at Thursday, 24 March 2016
SURABAYA (24/03/2016) Mengantisipasi kemungkinan terjadinya penurunan produksi gula akibat berkurangnya pasokan tebu sebagai dampak dari cuaca ekstrim, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI melakukan intensifikasi tanaman dengan harapan mampu meningkatkan protase tanaman tebu. Upaya serupa juga diharapkan dilakukan oleh para petani tebu, khususnya yang berada di wilayah kerja PTPN XI.
Direktur Produksi PTPN XI Budi Adi Prabowo mengatakan hal tersebut, Kamis, 24 Maret 2016, disela-sela acara Jalan Sehat Memperingati Hari Ulang Tahun ke-20 PTPN XI, di Surabaya.
“Kemarau panjang yang terjadi pada musim tanam 2015/2016 dan siklus hujan yang terlambat menjadi penyebab turunnya produksi tebu yang kita ketahui bersama merupakan bahan baku utama pembuatan gula,” kata Budi Adi Prabowo.
Dia tidak berani memprediksi seberapa besar tingkat penurunan produksi tebu yang akan terjadi. “Penurunan bisa saja terjadi, tetapi kami percaya itu masih dalam batas-batas toleransi dan mampu diatasi. Kisarannya mungkin hanya diangka 5-8 persen saja. Dan kami sudah siap untuk mengantisipasinya sehingga kemungkinan tersebut bisa diminimalisir,” urainya.
Kemungkinan bakal turunnya produksi tebu juga dipicu oleh terlambat tibanya musim hujan, dan --yang oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)-- diperkirakan akan berlangsung singkat hanya sekitar 4-5 bulan yang akan berpengaruh terhadap tingkat kematangan tanaman tebu.
“Itulah sebabnya kami mencoba melakukan intensifikasi tanaman dengan meningkatkan pemupukan baik urea maupuk NPK untuk meningkatkan speed up pertumbuhan tanaman dan tingkat kematangannya,” ungkap Budi Ari Prabowo.
Di tempat yang sama, Direktur SDM PTPN XI Cholidi menambahkan, upaya lain yang dilakukan PTPN adalah dengan menambah luasan areal tanam dari yang sebelumnya sekitar 80.000 hektare menjadi 85.000 hektare.
Harapannya, dengan penambahan areal tanam tersebut kuantitas produksi tanaman tebu secara total akan stabil seperti tahun-tahun sebelumnya. “Dengan begitu, kalaupun ada penurunan produksi tebu per hektare-nya, namun dengan adanya penambahan areal tanam seluas 5.000 hektare, kami optimis produksi gula tahun ini tidak akan mengalamai penurunan. Apalagi jika petani juga ikut melakukan intensifikasi pada tanaman tebu milik mereka masing-masing,” kata Cholidi.
Opimisme serupa dikemukakan Direktur Utama PTPN XI Dolly P Pulungan. Menurut Pulungan, jika pada 2015 lalu PTPN XI mendapatkan laba kotor sebelum pajak sebesar Rp 248 Milyar dan menjadi BUMN pergulaan dengan tingkat keuntungan terbesar secara nasional dan tercatat sebagai BUMN pergulaan yang memiliki kinerja terbaik, maka pada 2016 ini pendapatannya harus meningkat.
“Kita masih belum bisa memprediksi peningkatan pendapatan tersebut, tetapi itu dimungkinkan dari sisi membaiknya harga ditambah dengan upaya-upaya maksimal lainnya disisi on farm agar produksi tebu per hektarenya bisa stabhil di kisaran 90-100 ton per hectare,” kata Dolly P Pulungan.
Di sisi off farm, PTPN XI telah mengalokasikan investasi dengan total sebesar Rp 1,1 Triliun untuk revitalisasi beberapa pabrik gula. BUMN pergulaan itu juga berencana mengembangkan bisnis co-generation di sektor kelistrikan dan rumah sakit sebagai bisnis derivative.
Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) H.M. Arum Sabil pun tak mengingkari adanya kemungkinan penurunan produksi tebu akibat anomali cuaca. Anomali cuaca yang secara umum terjadi di Indonesia, kata Arum, diharapkan tidak menyurutkan produktivitas petani tebu.
“Memasuki musim kemarau yang bersifat basah (iklim basah) tahun ini memang diprediksi akan mengganggu produksi tebu secara nasional. Namun hal itu tidak menyurutkan produksi komoditas petani. Pasalnya kita dituntut untuk berdaya saing tinggi. Menghadapi anomali cuaca, bersama-sama dengan PTPN, petani tebu di lingkungan PTPN XI sudah mempersiapkan segalanya,” kata Arum disela-sela acara memperingati ulang tahun ke 20 PTPN XI, Kamis (24/3/2016).
Selain dengan cara intensifikasi tanaman, perlu dilakukan suatu inovasi teknologi terutama dalam hal tebang angkut, revitasliasi pabrik dan penggunaan benih unggulan semacam tebu transgenik
Tebu transgenik merupakan hasil riset atau temuan mahasiswa Universitas Jember (Unej). Tebu transgenic memiliki sifat toleran Kekeringan adalah jenis tanaman tebu dengan sifat tahan terhadap kekeringan. Tebu yang dikembangkan oleh PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) yang bekerjasama dengan Ajinomoto Co, Inc dan Universitas Jember dan telah disetujui oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Tanaman ini telah lolos dari uji keamanan melalui keputusan Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG) Indonesia pada bulan Mei 2013. (Yns/Sumber : disini)