PTPN XI Targetkan Produksi Gula BUMN Naik 10 Persen Tahun Ini

Post at Wednesday, 06 April 2016

Asosiasi Gula Indonesia (AGI) menargetkan produksi Gula Kristal Putih (GKP) atau gula pasir buatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bisa mencapai 1,6 juta ton tahun ini atau meningkat hampir 10 persen dari realisasi produksi tahun lalu, 1,455 juta ton.

“Target (produksi) gula GKP sekitar 1,6 juta ton sedangkan kebutuhan GKP tahunan itu rata-rata tiga juta ton,” tutur Dolly Pulungan, Ketua Badan Pengarah AGI usai peresmian kantor baru AGI di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Senin (4/4).

Diretur Utama PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN) ini mengungkapkan selain mengandalkan produksi gula perusahaan pelat merah, kebutuhan gula pasir dalam negeri juga akan dipasok oleh perusahaan swasta sekitar satu juta ton.

Sementara, sekitar 400 ribu ton kekurangan pemenuhan GKP tahun ini akan diupayakan dari usaha peningkatan produktivitas dan efisiensi pabrik gula pelat merah. Misalnya, lanjut Dolly, melalui peningkatan kapasitas giling, penghematan bviaya operasional pabrik, hingga perbaikan budidaya tanam dan teknologi pemupukan.

“Moga-moga dengan upaya itu, kami bisa meningkatkan produksi kami tahun ini menjadi 2 juta ton, dimaksimalkan,” ujar Dolly.

Lebih lanjut, Dolly menyatakan AGI ingin membantu pemerintah untuk menciptakan swasembada gula pada 2018. Pada saat itu, diharapkan, produksi GKP bisa mencapai 3 juta ton per tahun. Untuk mencapai itu, perusahaan gula BUMN tengah didorong untuk melakukan konversi lahan seluas 30.150 hektare secara bertahap menjadi lahan tanaman tebu.

“Lahannya dari tanaman karet, hutan tanaman keras, dan lahan yang terawat,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Ketua Umum Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil mengungkapkan tahun ini merupakan tahun yang berat bagi produksi gula karena berkurangnya ketersedian tebu.

“Pada 2015 lalu kan musim kemarau panjang ketika tebu ditebang, pertumbuhan vegetatifnya mengalami kendala. Musim kemarau panjang membuat pupuk tidak maksimal diberikan kepada tanaman sehingga pertumbuhan vegetatifnya terganggu,” ujar Arum.

Arum berharap, iklim tahun ini lebih bersahabat sehingga pertumbuhan tanaman tebu bisa optimal. Arum memperkirakan anomali iklim tahun lalu menurunkan luas areal tebu petani sekitar 15 hingga 20 persen dan menurunkan produktivitas tebu sekitar 10 hingga 15 persen.

Selain faktor alam, berkurangnya tanaman tebu juga disebabkan oleh keengganan petani untuk menanam tebu. Hal itu disebabkan oleh adanya keterbatasan biaya dan adanya risiko rugi dari harga gula yang fluktuatif. Selain itu, kebutuhan pupuk juga sempat sulit terpenuhi.

“Apabila ada keterbatasan biaya, pasti tanaman tidak terawat dengan baik. Kalau ingin swasembada gula yang berdaya saing itu tercapai, perluasan areal tebu itu bisa dicapa, maka cukupi biayanya. Itu tugas pemerintah. Kedua, beri pupuk tepat waktu kemudian perbaiki pabriknya,” ujarnya.

Sebagai informasi, saat ini total luasan lahan tebu nasional mencapai 475 ribu hektare dengan produktivitas sekitar 95 ton gula rendemen 10 per hektare per tahun. Adapun total produksi tebu dari perkebunan BUMN mencapai 12 juta ton tebu per bulan. (Yns/Sumber : disini)