Rini Soemarno Pimpin Rapat di Kereta Yogya-Surabaya

Post at Friday, 18 March 2016

SURABAYA (18/03/2016) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, memimpin rapat dengan jajarannya di Kereta Api dari Yogyakarta menuju Surabaya. Rapat tersebut di antaranya membahas masalah peningkatan produksi pabrik gula milik BUMN.

Agenda kegiatan selama di Yogyakarta, Rini menghadiri acara seminar di Universitas Aisyiyah Yogyakarta dan rapat dengan direksi pabrik gula BUMN di Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta.

"Rapat kementerian BUMN untuk mengonsolidasikan seluruh BUMN gula di LPP Yogyakarta dilanjutkan di dalam kereta api menuju Surabaya yang dipimpin langsung oleh Menteri BUMN, Rini Soemarno. Sebab ada acara juga di Surabaya setelah dari Yogyakarta," kata Deputi Menteri BUMN Bidang Usaha Agro dan Farmasi, Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro di sela-sela acara di LPP Yogyakarta di Jl Urip Sumoharjo, Jumat (18/3/2016).

Menurut Wahyu Kementerian BUMN telah mengonsolidasikan 48 unit pabrik gula yang dimiliki oleh PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, PTPN XIV, dan PT RNI. 

Pertemuan dengan BUMN pabrik gula ini untuk mengejar target produksi di atas 3 juta ton. Hai ini merupakan salah satu upaya menopang perwujudan swasembada gula yang ditargetkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menurut Wahyu, untuk mewujudkan target 3,26 juta ton bukan angka yang mudah, tapi harus dengan sinergi seluruh BUMN gula. Saat ini semua bekerja untuk mewujudkannya. Berbagai hal ditempuh oleh BUMN gula di antaranya perbaikan mesin, penambahan luas lahan tebu hingga hilirisasi.

"Pada Februari lalu sudah ada pabrik gula BUMN yang memulai giling. Namun sebagian besar baru mulai giling pada Mei-Juni atau pertengahan tahun ini," katanya.

Dia mengatakan untuk perluasan lahan tebu secara bertahap hingga 357.177 hektar dengan produksi tebu yang digiling 33,23 juta ton tebu. Untuk target penambahan areal/lahan ini akan dipenuhi dari konversi lahan dari tanaman karet, kopi, teh, dan sawit yang sudah berumur tua atau tidak produktif kemudian ditanami tebu. 

Seperti dilakukan di Sumatera oleh PTPN II dan PTPN VII, dan di Jawa oleh PTPN IX dan XII. Selain itu, PTPN-PTPN yang ada juga akan memperluas areal tebu rakyat yang bekerja sama dengan petani serta memanfaatkan areal milik sendiri yang selama ini belum dioptimalkan. (Yns/Sumber : disini)